MAKALAH
PERSEPSI
DAN MOTIVASI
Disusun
oleh:
Nama
: Riski Alfi Nur Hidayah
NIM
: A01401953
PRODI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
...................................................................
|
i
|
||
DAFTAR
ISI....................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................
|
ii
iii
|
||
BAB I PENDAHULUAN...............................................................
|
1
|
||
A.
Latar Belakang
.............................................................
|
1
|
||
B.
Tujuan.............................................................................
|
2
|
||
BAB II PEMBAHASAN.................................................................
A.
Persepsi..........................................................................
1.
Pengertian
Persepsi.................................................
2.
Proses Persepsi dan.................................................
3.
Faktor Yang Mempengaruhi
Persepsi.....................
4.
Gangguan
Persepsi..................................................
5.
Coping Behavior Gangguan Persepsi.....................
B.
Motivasi.........................................................................
1. Pengertian
Motivasi................................................
2. Proses
Motivasi.......................................................
3. Faktor
Yang Mempengaruhi Motifasi....................
4. Gangguan
Motivasi.................................................
5. Coping
Behaviour Gangguan Motivasi..................
|
3
3
3
3
4
4
7
8
8
9
9
10
11
|
||
BAB
III PENUTUP.........................................................................
A.
Kesimpulan....................................................................
B.
Saran..............................................................................
|
13
13
13
|
||
DAFTAR
PUSTAKA
|
|
||
|
|
||
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran Alloh SWT yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Persepsi dan Motivasi ”.
Makalah
ini berisikan Pengertian persepsi dan motivasi, proses, gangguan, serta coping
behaviour persepsi dan motivasi.
Kami
menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Gombong,
Mei 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Persepsi merupakan proses yang
menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan motivasi juga merupakan kekuatan yang
mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap ke arah
tujuan tertentu.
Manusia adalah makhluk yang
dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses
informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui indera yang
dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa yang dilihat atau dirabanya, serta
berfikir untuk memutuskan apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan
yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada
manusia meliputi tingkat intelegensi, kondisi fisik, serta kecepatan sistem
pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam
mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila
terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang dialami
dapat terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh manusia seperti
terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan
kerusakan salah satu indera, fisik dan juga mental. Akibat dari adanya
keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses
informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang
memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari,
atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Motivasi adalah sebuah kemampuan
kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi
diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa
tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara
harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang
diinginkan bisa kita capai.
B.
Tujuan
1.
Mempelajari tentang apa pengertian persepsi dan
motivasi
2.
Mempelajari tentang proses dan factor yang mempengaruhi persepsi dan motivasi
3.
Mempelajari tentang gangguan persepsi dan motivasi
4.
Mempelajari tentang coping behaviour persepsi dan
motivasi
5.
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Persepsi
1. Pengertian
Persepsi
a. Menurut
Matlin (1998), persepsi adalah proses aplikasi pengetahuan sebelumnya untuk
memperoleh/mengumpulkan dan menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca
indera (sensory register).
b. Menurut
Davidoff (1981), persepsi adalah stimulus yang diterima indera oleh individu di
organisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti
apa yang diindera.
2. Proses Persepsi
Walgito
(dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara lain:
a. Tahap
pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan
nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu
stimulus oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua
Merupakan tahap yang dikenal dengan
proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh
reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
c. Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan
proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap
keempat
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi
yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
3.
Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut
David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55) membagi
faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Faktor
Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut
sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah
obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor
Struktural
Faktor Struktural adalah
faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syarat
yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
4.
Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi (dispersepsi)
adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Menurut Maramis (1999), terdapat 7
macam gangguan persepsi, yaitu:
a.
Halusinasi atau mava
Halusinasi adalah pencerapan
(persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera seseorang, yang
terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik, fungsional psikotik
ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan
palsu.
Jenis-jenis halusinasi, yaitu:
a)
Halusinasi optik (halusinasi penglihatan)
Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk, tidak
berbentuk, berwarna, dan tidak berwarna.
b)
Halusinasi auditif/akustik
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia,
hewan, barang, musik dan kejadian alami.
c)
Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau
tertentu.
d)
Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecapan)
Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau
rasatentang sesuatu yang dimakan.
e)
Halusinasi taktil (halusinasi peraba)
Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba, disentuh,
dicolek, ditiup, dirambati ulat dan disinari.
f)
Halusinasi kinestik
Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak
disebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak sendiri.
g)
Halusinasi viseral
Halusinasi yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang
timbul ditubuh bagian dalam (mis. Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).
h)
Halusinasi hipnagonik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada
orang normal, terjadi sebelum tidur.
i)
Halusinasi hipnopompik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada
orang normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur.
j)
Halusinasi histerik
Halusinasi yang timbulpada neurosis histerik karena
konflik emosional.
b.
Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang
tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sunguh terjadi karena adanya
rangsang pada pancaindera. Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan
yang menyimpang. Contoh: bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang
pejahat, bunyi angin terdengar seperti ada orang yang memanggil namanya, suara
binatang disemak-semak terdengar seperti ada tangisan bayi.
c.
Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang aneh tentang
dirinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi
patologis yang seseorang. Contoh: perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar
badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan miliknya lagi.
d.
Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungan di
sekitar dan tidak menurut kenyataan sebenarnya. Contoh: segala sesuatu
dirasakan seperti mimpi.
e.
Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh
yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional. Contoh: anestesia
yaitu kehilangan sebagian atau seluruh
kepekaan indera peraba pada kulit, perestesia yaitu perubahan pada indera
peraba (seperti ditusuk-tusuk jarum), gangguan penglihatan atau pendengaran,
makropsia, dan mikropsia.
f.
Gangguan psikofisiologik
Gangguan psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh
yang disyarafi oleh susunan syaraf yang berhubungan dengan kehidupan dan
disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
Ø Kulit:
radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada kulit.
Ø Otot dan
tulang: otot tegang sampai kaku dikepala dan punggung.
Ø Alat
pernafasan: sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).
Ø Jantung dan
pembuluh darah: debaran jantung yang cepat, dan tekanan darah meningkat.
Ø Alat
pencernaan: lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.
g.
Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan
mengartikan persepsi, baik sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.
5.
Coping Behavior Gangguan Persepsi
Tingkah laku coping yang
berhasil maka terjadi penyesuaian antara
diri individu dengan lingkungannya (adaptasi). Otto Soemarwoto (1987),
mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada tiga macam, yaitu:
a.
Adaptasi Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui
faal. Contohnya: orang yang hidup di lingkungan yang tercemar dalam tubuhnya
berkembang kekebalan terhadap infeksi.
b.
Adaptasi Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk
fisik pada dirinya. Contohnya orang eskimo
yang hidup di daerah dingin mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan
kekar.
c.
Adaptasi kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang
terjadi dengan melakukan perubahan pada lingkungan tempat hidup agar tercapai keseimbangan
dengan dirinya. Contohnya penggunaan alat pendingin ruangan.
Penjelasan
mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan
pada 2 cara pendekatan:
a.
Pendekatan pertama, adalah yang dinamakan pandangan
konvesional. Bermula dari adanya rangsang dari luar individu (stimulus),
individu menjadi sadar akan adanya stimulus ini melalui sel-sel syaraf reseptor
(penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya, suara,
suhu). Bila sumber energi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor maka
terjadilah penginderaan. Jika sejumlah penginderaan disatukan dan
dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia
bisa mengenali dan menilai obyek-obyek, maka keadaan ini dinamakan persepsi. Secara
umum pandangan konvensional ini menganggap persepsi sebagai kumpulan
penginderaan (sensation). Jadi, kalau kita melihat sebuah benda yang bisa
bergerak cepat, punya roda empat maka kumpulan penginderaan itu akan
diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa
lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa mengenal benda itu sebagai
mobil. Pandangan seperti ini dinamakan juga pendekatan konstruktivisme. Akan
tetapi, aktivitas mengenali obyek atau benda itu sendiri adalah aktivitas
mental, atau disebut juga aktivitas kognisi (kesadaran yang didapat dari proses
kerja pikiran yang dengannya orang akan waspada terhadap obyek yang ada dalam
pikirannya). Maka sebenarnya otak tidak secara pasif menggabung-gabungkan
kumulasi (tumpukan) pengalaman dan memori, melainkan aktif untuk menilai,
memberi makna, dan sebagainya. Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran
manusia, pandangan ini digolongkan juga pada pandangan fungsionalisme. Jadi,
secara konvensionalisme, persepsi adalah kegiatan mengkonstruksikan dari suatu fungsi.
b.
Pendekatan kedua, adalah pendekatan ekologik.
Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson (Fisher et al, dalam Sarwono 1992),
individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya karena
sesungguhnya makna-makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan
tersedia untuk organisme yang siap
menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi terjadi secara spontan dan langsung.
Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu
menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan
setiap obyek yang ada di lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan
sifat-sifatnya yang khas untuk organisme bersangkutan. Dengan kata lain menurut
Gibson, obyek-obyek atau stimulus sendiripun aktif berinteraksi dengan makhluk
yang mengindera sehingga akhirnya timbul makna-makna spontan itu. Adapun
kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah ia bisa mengubah kemanfaatan dari
suatu stimulus sehingga lebih memenuhi keperluanya sendiri.
B.
Motivasi
1. Pengertian
Motivasi
a.
Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi adalah
semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan
sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada
diri seseorang.
b.
Menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang
komplek, kesiapsediaan dalam diri individu dalam bergerak (motion) ke arah
tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak disadari.
2. Proses
Motivasi
a. Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive.
Istilah drive sering digunakan saat keadaan motif memiliki dasar biologis atau
fisiologis. Drive dipandang sebagai pendorong seseorang untuk bertindak. Drive
dapat muncul bila organisme kekurangan sesuatu atau memiliki kebutuhan. Drive
juga bisa muncul bila ada stimulus dari lingkungan.
b. Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya
Drive. Sebagai contoh rasa lapar mendorong manusia untuk mencari makanan. Cepat
atau lambat, bila tingkah laku itu berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan
berkurang. Dengan perkataan lain, tingkah laku pencarian makanan oleh manusia, merupakan
alat untuk mendapatkan makanan dan mengurangi dorongan lapar.
c. Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga dari
siklus motifasional, yaitu mencapai tujuan. Contoh siklus motivasi ini
adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada tubuh menimbulkan kebutuhan dan
dorongan (tahap I), memunculkan tingkah laku mencari air minum (tahap II), yang
merupakan tujuan (tahap III). Minum meredakan kebutuhan air dalam tubuh
sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti. Tetapi dengan
segera kebutuhan akan air timbul kembali, maka manusia akan memulai kembali
siklus motifasionalnya.
3. Faktor Yang
Mempengaruhi Motivasi
Menurut
Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada motivasi antara lain
:
a. Ciri-ciri
pribadi seseorang.
b. Tingkat dan
jenis pekerjaan.
c. Lingkungan
kerja.
4. Gangguan
Motivasi
a. Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak ini tidak bisa duduk diam
dikelas. Kadang anak ini berlarian,
meloncat, bahkan berteria-triak. Anak ini
sulit dikontrol untuk melaukan aktifitas secara teratur dan tertib, serta suka menganggu teman
sekelasnya.
b. Distractibility
child
Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan perhatiannya
keberbagai objek lain dikelas, mudah
dipengaruhi, dan
sulit memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
c. Poor
self concept
Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah tersinggung, sikapnya pasif dan cenderung tidak
berani bertanya karena
merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.
d. Impulsive
Ciri
anak ini
cepat bereaksi. Anak jenis
ini
langsung berbicara, tanpa
menghiraukan pertanyaan guru,
jawaban
spontan, kurang mendukung kemampuan berfikir
logis. Anak
ini berteriak pada saat menjawab,
ingin
menunjukan diri sebagai anak yang pandai,
namun
jawaban atau reaksinya mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya tidak sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan.
e. Distractive
behavior
Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka membanting atau melempar. Anak
ini termasuk anak
yang bermasalah (trouble maker) sikap mudah tersinggung dengan tempramen yang
tinggi dan suka merusak.
f. Dependency
Ciri anak ini tidak dapat tinggal
dikelas tanpa ditemani oleh ibunya,
ketergantungan
ini dapat disebabkan oleh sikap ibu yang sangat melindungi anak sehingga saat
di sekolahpun harus ditemani oleh ibu.
g. Withdrawl
Ciri anak ini adalah pemalu dan
menganggap dirinya bodoh, sehingga
malu pergi kesekolah.
Harga
diri rendah yang disebabkan karena latar belakang sosial ekonomi orang tua yang
rendah.
h. Underachiever
Anak ini tidaklah termasuk anak
“bodoh”atau “tolol”. Meskipun semangat belajarnya sangat rendah, sering melipakan PR dan hasil
ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi intelektualnya diatas rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian
yang serius kepada anak yang berprestasi dibawah kemampuan ini.
i.
Overrachiever
Anak ini memiliki motivasi belajar yang
tinggi, cepat merespon dan sering tidak menerima kritik. Sikapnya agak sombong serta merespon
dengan sangat cepat. Anak ini tidak bisa menerima kegagalan dirinya.
j.
Slow learner
Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya membutuhkan
waktu lama untuk menjawabnya, sering
lupa mengerjakan tugasnya, kalaupun
dikerja biasanya tidak tuntas dan cara berfikirnya lamban.
k. Social interception
Sikap
anak ini seperti “cuek” ia kurang peka terhadap lingkungannya, sulit membaca ekspresi guru dan
teman-temannya.
Oleh karena itu, anak
ini sering dikucilkan oleh
teman-teman sekitarnya.
5. Coping
Behaviour Gangguan Motivasi
a. Motivasi
dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan
menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan
apa yang harus dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan hukuman pada
anak buahnya apabila tidak disiplin.
b. Motivasi
dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu cara memotivasi dengan bujukan
atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi.
Contoh: mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP
selama 2 semester.
c. Motivasi
dengan identifikasi (motivating by identification or ego-involvement), yaitu cara
memotivasi dengan menambahkan kesadaran
sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari
dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan. Contoh: seorang mahasiswa belajar
giat karena termotivasi bila belajar dengan baik hingga berprestas, yang akan
memetik hasilnya adalah diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persepsi
adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa
ataupun hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
Proses kognisi dimulai dari persepsi. Permasalahan atau gangguan persepsi
sangat beragam, diantaranya: halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi,
gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologi dan agnosia.
2. Motivasi
merupakan keinginan, hasrat penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan
dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan,
kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri
seseorang ditimbulkan oleh pimpinan.motivasi mempersoalkan bagaimana cara
mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif
sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerjasama secara giat sehingga mencapai
hasil yang optimal.
B. Saran
1. Setiap
persepsi senantiasa diarahkan pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan
hidup antara satu dengan yang lain.
2. Saling
memberikan motivasi yang positif harus selalu dipupuk untuk menciptakan
semangat dan rasa percaya diri.
3. Persepsi
dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang masing-masing memiliki
karakter atau ciri khas yang berbeda. Oleh karena itu perlu dijaga keseimbangan
masing
DAFTAR PUSTAKA
Ibadina, Azkia. Motivasi Psikologi 2014. http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psikologi-motivasi.html
Khadiyanto,
Parfi. 2009. Pemahaman tentang Persepsi.
http://parfikh .blogspot.com/2009/02/pemahaman-tentang-persepsi.html
Korneliz. 2009. Masalah Motivasi dalam Psikologi. http://psikologimotivasi.blogspot.com/200905/masalah-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html
Medical Stuff.
2013. Gangguan Persepsi. http://xianide.blogspot.com
/2013/03/gangguan-persepsi_5.html
Setiawan, Agus.
2012. Gangguan Persepsi. http://agusetiawan-onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html
Tedjo. 2012.
Persepsi dan Motivasi. https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-persepsi.html
West sinjai.
2009. Masalah motivasi dalam ilmu
psikologi. http://psikologimotivasi.blogspot.com/2009/05/masalah-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html
izin copy makalah ini untuk tugas kuliah
BalasHapusIGT Sontaran T-Shirt - Titanium Cross Necklace - ITNIA
BalasHapusIGT Sontaran ion chrome vs titanium T-Shirt – titanium oxide Titanium Cross titanium studs Necklace. $15.99. 4.47. FOR thaitanium SALE! Available at: https://www.etsy.com/us/en-us/Titanium-Cross- benjamin moore titanium